Rabu, 13 April 2011

Batik Kudus Punahkah Dirimu

     Lama sudah batik Kudus tenggelam dan menghilang di pasaran.  Namun seiring berkembangnya zaman, ada segelintir orang yang mulai peduli dengan kebudayaan daerahnya. Sebenarnya batik Kudus adalah batik yang unik. Batik Kudus mempunyai corak yang menggambarkan potensi alam lembah muria, kebudayaannya seperti Menara Kudus serta potensi perekonomiannya seperti daun tembakau.
            Batik Kudus berwarna sogan (kecokelatan) ciri khas batik Jawa Tengah, namun dihiasi corak dan pola dengan warna-warna cerah, seperti merah, kuning, dan lainnya. Corak yang terdapat pada batik Kudus merupakan corak perpaduan antara budaya China, budaya Islam dari jazirah Arab(ada sentuhan kaligrafi) serta pola mataraman dan pesisir. Kini setelah mengalami perkembangan, muncul beragam motif dan corak baru yang sesuai dengan tren masa kini. Motif baru yang telah dikembangkan contohnya adalah motif merak ngigel dan buketan, motif buket susimoyo, motif lunglungan kepala tumpa pasung maniman dan batik dengan motif-motif kuno lainnya. Selain motif kuno, saat ini sudah berhasil dikembangkan motif dlorong kembang, merak, kupu-kupu, buket crysan, kapal kandas, busana kelir hasil reproduksi, pakis haji muria, pari joto, ornamen kaligrafi, merak kateliu, merak pelataran, dan biji mentimun. Selain itu, ada pula motif batik buket beras kecer, dlorong buketan, sekar jagad, ayam malah, lunglungan, jangkar hasil reproduksi dan motif kapal kandas yang akan dipatenkan.
Yang berjaya pada tahun 1970-an ini merupakan ikon dan ciri khas kota Kudus. Setelah sekian lama hilang ditelan zaman, batik kudus mulai muncul kembali. Batik Kudus mulai diminati dan dikembangkan oleh masyarakat. Tren mode yang sekarang ini beralih ke busana batik, semakin memperlancar usaha para pembatik kudus untuk mempopulerkan  produknya ke masyarakat.
Harga untuk sepotong kain batik tulis berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 5 juta per potong. Sedangkan batik kombinasi cap Rp 90 ribu- Rp 120 ribu per potongnya. Keuntungan batik sangat menjanjikan. Misalnya untuk batik tulis kita bisa mendapatkan keuntungan sekitar 50 persen sedangkan batik cap berkisar 25 persen. Jadi prospek batik Kudus ke depannya sangat bagus, karena batik Kudus kaya akan corak dan motif, jadi masyarakat tak akan bosan dengan motif yang hanya itu-itu saja. Lagipula pasar batik Kudus tidak akan terpengaruh adanya pasar bebas ASEAN- Cina. Apalagi pewarnaan alami sudah berhasil dan dikembangkan. Batik Kudus mempunyai keunggulan karena pewarnaannya menggunakan cara pewarnaan yang alami yang akan membuat warna pada kain menjadi lebih kalem dan lembut.
Dengan didukung oleh perkembangan zaman, kini batik Kudus dapat diterapkan ke dalam berbagai produk jadi yang langsung berguna bagi manusia dan aktivitasnya. Misalnya, kini terdapat berbagai macam produk teknologi yang bernuansa batik, tas, sepatu, jam, alat transportasi dan lain sebagainya. Dengan kreativitas yang tinggi, kita sebagai generasi penerus bangsa harus berkreasi untuk mengaplikasikan produk-produk warisan leluhur agar enak dipakai dan membuat orang lain ikut senang dan bangga untuk memakai produk tersebut. Jadi batik merupakan produk yang fleksibel untuk diaplikasikan ke dalam produk yang lain.
Namun disisi lain, masih banyak faktor yang menghambat pertumbuhan batik Kudus. Contohnya, sebagian besar masyarakat yang masih menganggap bahwa tradisi membatik itu adalah tradisi kuno yang hanya pantas dilakukan oleh orang yang sudah sepuh saja. Ini seolah menjadi tantantangan bagi kita untuk mengubah argumen itu, bahwa membatik dapat dilakukan oleh bermacam jenis usia, mulai dari anak berusia sekolah hingga para lansia sekalipun dan batik itu cocok dipakai dan dipadupadankan dengan apa saja. Selain itu, timbul pula masalah dari kalangan pemeritah. Mereka seakan tak peduli apakah batik Kudus itu punah atau tidak. Padahal kalau batik Kudus berjaya, mereka sedikit banyak akan mengambil keuntungan dari bidang kebudayaan. Selain faktor ini ada juga faktor regenerasi penerus. Bila seandainya hanya ada beberapa orang yang peduli akan batik Kudus, bagaimana jika orang-orang tersebut sudah meninggal? Akankah batik Kudus ikut terbenam bersama memori tentang mereka?

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat kota Kretek seharusnya bangga dengan tradisi yang kita punyai itu. Dan tidak hanya sekedar bangga, kita pun harus berusaha mengembangkan batik Kudus agar tidak tertelan oleh zaman kembali. Apakah pantas, jika suatu saat malah orang asing yang menggunakan dan mengembangkan batik Kudus itu, sedangkan kita hanya berpangku tangan melihat hal itu dan kita baru bertindak setelah batik Kudus direbut dan diklaim sebagai budaya mereka? Setelah seperti ini, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kalaupun kita mau protes, hal ini sulit sekali karena batik Kudus tak punya regenerasi pembatik. Jadi daripada kita diam berpangku tangan, mari kita lestarikan batik Kudus agar tak hilang oleh zaman kembali!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar